GUDANG BERITA KAUM MARHAEN

Sepotong Sore di Jembatan Layang Pasar Rebo

Sore mulai beranjak gelap. Sepertinya hendak turun hujan, meski awan hitam masih tampak malu-malu. Sebentar menggumpal tak lama menghilang. Alunan suara knalpot mendayu-dayu, menelisik di antara kebisingan perang klakson tatkala lampu pengatur jalan berubah kuning. Itulah sepotong sore di jembatan layang Pasar Rebo.

Jembatan layang yang akrab disebut fly over Pasar Rebo, dibangun awal 2000-an, yang melayang sekaligus masih termasuk dalam bagian ruas Jalan Raya Bogor. Di bawahnya, membentang Jalan TB Simatupang, yang menghubungkan Jakarta Timur dengan Jakarta Selatan. Kedua lintasan atas-bawah ini tak pernah sepi dari lalu-lalang kendaraan. Ia hidup selama 24 jam penuh.

Fly over Pasar Rebo teramat ampuh mengurai kemacetan. Laju kendaraan dari empat penjuru menjadi lebih tertib karena tidak harus berebutan lajur kendaraan dari arah Bogor menuju Cililitan dan sebaliknya. Sedangkan kendaraan dari Terminal Rambutan menuju Bogor, Cililitan, maupun Cilandak selanjutnya berbagi lampu merah dengan kendaraan dari arah sebaliknya.

Yang juga paling asyik, terutama bagi kaum marhaen dengan kendaraan roda dua, adalah memandang dari atas fly over. Mata dimanjakan oleh hamparan rumah penduduk, jalan tol, kemacetan kendaraan di lampu merah, plus angin yang berhembus lumayan kencang. Dari atas fly over, kaum urban leluasa mengamati denyut kehidupan di bawah kolong. Berbagai macam kegiatan akar rumput hadir di sana. Pengasong, pengamen, hingga Polantas yang sudah pasti jadi tontonan bila sedang menindak pengemudi nakal.

Jangan lupa, tradisi khas fly over Pasar Rebo masih ada satu lagi. Apa lagi kalau bukan tempat nongkrong kaum ABG. Mereka asyik bermesraan, ditemani buah semangka yang ramai dijajakan pedagang gerobak yang tak jarang pula dikejar-kejar Satpol PP. Sore mereka terasa syahdu, hingga pagi kembali menggantikan malam.








Fakta Marhaen Terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Sepotong Sore di Jembatan Layang Pasar Rebo"

Post a Comment