Inilah Cerita Pedagang Kopi Seduh 50 Gelas

Ini cerita dari seorang pedagang kopi. Sehari, kopi seduh jualannya bisa sampai 50 gelas dengan harga Rp 2.000 per gelasnya. Jika dikalikan, total pendapatannya adalah Rp 100 ribu. Itu baru dari kopi hitam seduh. Belum termasuk dari dagangan lain seperti rokok batangan, kopi putih alias white coffee, dan sejumlah barang lainnya. Memang sih, kopi hitam adalah komponen terlaris. Konsumennya tentu saja para masyarakat golongan menengah ke bawah. Dari tukang ojek, supir bajaj, hingga pegawai kantoran.

Oya, abang-abang yang satu ini biasa mangkal di pelataran kantor DPD I Golkar DKI Jakarta, tepatnya di kawasan Stasiun Cikini, Jakarta Pusat. Pria asli Tasik, Jawa Barat, ini memulai aktivitasnya sejak pagi hingga malam. Bayangkan saja, jam 6 atau paling lama jam 7 pagi, ia ‘mangkal’ hingga jam 9 malam. Begitu terus kegiatannya, tanpa kenal hari libur.

Menjadi pedagang kopi jalanan tentunya bukan cita-citanya. Tetapi itulah hidup, demi sejengkal perut, ia pun siap dan tabah menjalani profesinya. Meski sesekali ia harus berhadapan dengan penertiban Satpol PP, menurutnya hal tersebut hanyalah bunga-bunga kehidupan. Kecuali bertahan, ia tak punya pilihan lain.

Pelajaran yang bisa dipetik dari pria ini adalah semangatnya yang pantang menyerah. Terik panas dan guyuran hujan, tak dihiraukannya. Begitu juga dengan debu jalanan yang menjadi bagian tak terpisahkan dari roda kehidupannya. Begitupun, menggeluti bisnis jualan kopi setidaknya mampu menjadi salah satu cara bertahan di Jakarta. Selamat bertarung, wahai kaum marhaen.

Fakta Marhaen Terkait:

Ditulis Unknown — Wednesday, March 16, 2016 — 9 Comment — ANGKRINGAN KOPI, CELAH BISNIS, KAUM URBAN