GUDANG BERITA KAUM MARHAEN

Celah Bisnis 2016: Berdagang Buah Keliling

Sobat marhaen, tokoh kali ini adalah seorang pedagang buah keliling. Bermodal sepeda, ia menjajakan dagangannya ke kantong-kantong penduduk di pinggiran Jakarta. Dengan topi khasnya, pria paruh baya ini dengan ramah menyapa dan menawarkan buah dagangannya.

Sepeda ontel miliknya penuh dengan aneka buah-buahan. Semangka, salak, hingga buah naga, yang rata-rata dijual dengan harga lumayan terjangkau bagi wong cilik. Per kilo hanya dihargai Rp 5000 saja. Itu sudah termasuk jaminan bahwa buah yang dijualnya memang manis rasanya. Tak seperti di mal, yang rasanya tidak bisa dicicipi terlebih dulu.

Tentu tak rumus khusus atau cara berdagang buah keliling. Modalnya sangat terukur dan mudah. Yakni sepeda dan sejumlah ragam buah. Itu saja. Jangan lupa menyiapkan kantong plastik, yang tentunya sudah termasuk harga beli buah. Tak seperti di supermarket atau mal, yang satu kantong plastik sudah dibanderol dua ratus rupiah.

Yang jelas, agar usaha buah keliling meraup untung, harus rajin berkeliling. Namanya juga pedagang buah keliling, maka ia diwajibkan untuk mengitari jalan-jalan kecil, termasuk gang-gang sempit. Modal tenaga mengayuh sepeda dan menahan rasa terik matahari merupakan syarat lain yang membutuhkan tingkat kesabaran ekstra.

Sayangnya, pedagang kecil seperti mereka agaknya masih luput dari perhatian pemerintah. Mereka belum banyak disentuh oleh kemudahan akses perbankan. Jika ingin meminjam ke bank, selalu dihadapkan pada persyaratan yang membuat pusing tujuh keliling. Misalnya, ditanyakan pembukuan usaha, atau bahkan meminta jaminan barang semisal BPKB motor atau mobil, bahkan sertifikat rumah. Jika tidak punya salah satunya, jangan harap diberikan pinjaman.




Fakta Marhaen Terkait:

1 Tanggapan untuk "Celah Bisnis 2016: Berdagang Buah Keliling"