GUDANG BERITA KAUM MARHAEN

Ritual Jalanan Marhaen: Kebut-kebutan Jelang Hujan

Jakarta dikepung mendung. Matahari tiba-tiba bersembunyi di balik awan. Debu jalanan asyik menari ditemani deru mesin yang makin liar. Rombongan pemotor mendadak memasang kecepatan lumayan tinggi, kadang sering lupa melirik kanan-kiri. Yang penting, tancap gas tanpa basa-basi.

Rupanya, dari atas langit mulai menetes air hujan. Belum deras bahkan masih cenderung malu-malu. Tetapi adegan malu-malu itu justru mendongkrak adrenalin kaum urban kota untuk cepat-cepat sampai di tujuan. Oya, kisah ini khusus bagi pemotor, yang tanpa pelindung badan dari guyuran hujan. Kalau mobil sih, hujan bukanlah rintangan badan, meski kerap menimbulkan kesal akibat dilanda kemacetan parah.

Nah, pernah lihat rombongan pemotor yang sedang kebut-kebutan? Bisa jadi itu bukan sedang gaya-gayaan ala ABG, tetapi memang karena keadaan yang memaksa. Apa boleh buat, demi cepat sampai tujuan tanpa berbasah-basah ria, mengebut di jalanan seolah menjadi ritual kaum motor. Polisi tidur, lampu merah, ataupun penyeberang jalan, seringkali dinomorduakan. Jika terlambat sedikit saja, guyuran hujan siap menyergap. Itulah yang ingin dihindari sehingga harus memacu motor dalam kecepatan tinggi. Maka, melawan arus sekalipun seringkali terpaksa dilakukan.

Namun, tak jarang pula ritual itu berakibat fatal. Banyak yang mengalami kecelakaan lantaran tidak hati-hati saat memacu motornya, terlebih saat hujan mulai rintik-rintik. Demi menghindari peristiwa yang tidak diinginkan itu, pilihan paling bijak adalah berteduh terlebih dulu menunggu hujan mereda.

Fakta Marhaen Terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Ritual Jalanan Marhaen: Kebut-kebutan Jelang Hujan"

Post a Comment