Kali ini, tokoh marhaen kita adalah pedagang jepitan. Abang-abang yang sering dipanggil kaum ibu, ABG, dan anak-anak ini kerap dipanggil tukang jepitan. Itu karena jualannya mayoritas didominasi aneka rupa jepitan rambut. Bermacam warna dan model tetapi dengan harga lumayan miring. Satu jepitan hanya dihargai rua ribu rupiah saja. Perbandingannya dengan harga di mal atau supermarket, ibarat langit dan bumi.
Sebenarnya, bukan hanya jepitan rambut saja yang dijual. Pernak-pernik wanita lain juga lengkap tersedia. Sisir, cermin, bando, hingga dompet bermotif tokoh-tokoh kartun terkenal seperti Frozen juga ada. Semuanya dibanderol dengan harga murah meriah.
Saking murahnya, dalam sehari, seorang tukang jepitan mampu menjual hingga 100 item dagangannya. Dengan syarat, ia harus rajin berkeliling hingga puluhan kilometer. Ia harus sabar keluar-masuk gang di perkampungan kemudian menyusuri jalan raya di bawah terik matahari.
“Bisa sampai Citayam jalan kaki. Sudah biasa,” cerita seorang pedagang jepitan. Citayam adalah ujung kota Depok, yang berbatasan dengan Kabupaten Bogor. Sedangkan tempat tinggal abang tukang jepitan ini adalah di wilayah Cilodong. Jika dihitung, jarak antara Cilodong-Citayam adalah sekitar 20 kilometer. Belum lagi ia harus menyusuri jalan-jalan sempit di pemukiman penduduk. "Jalan-jalan panjang" seperti itu tentu saja butuh tenaga ekstra kuat.
Untungnya, aneka jepitan dagangannya tidak harus dipanggul. Tetapi dirangkai di sebuah gerobak roda dua yang telah dimodifikasinya. Ia cukup mendorongnya saja sambil sesekali memanggil calon pembeli. Yah, begitulah sobat marhaen. Demi sejengkal perut, semua itu dilakonikanya dengan penuh semangat.
Belum ada tanggapan untuk "Jalan-Jalan Panjang Tukang Jepitan"
Post a Comment