GUDANG BERITA KAUM MARHAEN

Wong Cilik Membelah Jalanan Ibu Kota

Ribuan bikers—istilah keren pemotor—memadati jalanan Jakarta. Itu sudah pemandangan saban hari, tak peduli pagi, siang, ataupun malam. Mayoritas dari mereka adalah penyandang kaum urban yang tinggal di pinggiran tetapi mengais rezeki di Ibu Kota. Berlomba-lomba demi rupiah.

Motor dalam satu dekade terakhir sudah tergolong kebutuhan primer para wong cilik. Tanpa motor, roda kehidupan mereka akan sulit berputar. Mobilitas menggunakan motor di jalanan Jakarta akan jauh lebih efektif ketimbang menggunakan jasa angkutan bus ataupun kereta api listrik.

Hanya bermodal Rp 10 ribu saja, seorang biker sudah bisa menjangkau Bogor-Jakarta. Tak hanya ongkos murah, yang terpenting adalah beban stress jauh berkurang bila harus naik bus penuh sesak plus macet parah tanpa harapan.

Dengan motor, kaum marjinal akan lebih gesit berpindah dari satu titik ke titik lain. Itu pula sebabnya, pemotor yang berasal dari segala golongan profesi kerap menjadi raja jalanan. Aksinya bermanuver diapit mobil kiri-kanan merupakan pemandangan biasa.

Menaiki trotoar di saat jam macet juga seolah menjadi tradisi. Melewati garis pembatas lampu merah alias zebra cross seperti tidak ada rasa bersalah. Normal-normal saja selama Pak Polisi absen mengawasi.

Membelah jalanan Ibu Kota bagi wong cilik adalah keharusan. Lengah sedikit saja, rezeki bisa hilang. Lengah sedikit saja, klakson dari belakang terus menerjang. Hari-hari mereka dibingkai dalam tiga situasi. Diguyur hujan hingga kuyup, diterjang matahari yang kejam, lalu menyaksikan kiri-kanan pengendara mobil sedang asyik menikmati musik sembari disapu sejuknya hembusan AC.
























Fakta Marhaen Terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Wong Cilik Membelah Jalanan Ibu Kota"

Post a Comment