GUDANG BERITA KAUM MARHAEN

Cara Ahok Merebut Hati Warga Jakarta

Pemilihan Gubernur DKI Jakarta akan kembali digelar pada 2017 mendatang. Itu artinya, tinggal setahun lagi, kedigdayaan Ahok “mengacak-acak” Ibu Kota akan segera berakhir dalam satu periode. Selanjutnya, jika masih ingin memimpin Jakarta hingga 2022, Ahok harus kembali bertarung lewat Pilkada. Tentunya, Ahok tidak lagi duduk sebagai calon wakil gubernur, seperti saat mendampingi Jokowi pada Pilkada 2012 lalu. Ahok mau tidak mau harus melaju sebagai calon gubernur, yang notabene saat ini banyak juga diincar tokoh-tokoh lain.

Ahok sejauh ini telah banyak mengantongi modal popularitas menyusul aksinya yang kerap menuai kontroversi. Cara Ahok yang kerap tanpa tedeng aling-aling, menyebabkan banyak gesekan di antara kaum marhaen dan kaum borjuis. Namun Ahok tak peduli. Ia terus melakukan pembenahan Jakarta sesuai dengan gayanya yang khas. Ahok bukan tipe manusia yang mau berkompromi seperti kebanyakan para politisi kita.

Jika ditanya, apakah rezim Ahok sejak resmi menjadi Gubernur pada 2014 telah banyak membawa perubahan di Ibu Kota? Mungkin sebagian mengatakan setuju, dan sebagian lagi mengatakan tidak. Umumnya, mereka yang setuju dengan Ahok adalah kelompok masyarakat yang tidak bersentuhan langsung dengan kebijakan Ahok. Misalnya, upaya Ahok mereformasi mental PNS menjadi lebih baik dalam hal pelayanan. Camat dan Lurah di Jakarta kini sudah banyak turun ke lapangan untuk mengecek program-program yang digariskan Ahok. Pelayanan kepada masyarakat menjadi lebih prima, yang di era sebelum Jokowi-Ahok, merupakan barang yang sangat langka.

Namun, bagi sebagian kelompok masyarakat lainnya, Ahok dinilai keterlaluan. Misalnya, soal penggusuran warga Kampung Pulo. Perlawanan demi perlawanan harus dihadapi Ahok karena harus menggusur kelompok masyarakat yang telah mendarah-daging di Kampung Pulo. Saat ini, yang paling ramai diperbincangkan adalah rencana penggusuran warga Kalijodo. Itu berarti, kantong-kantong suara Ahok di wilayah tersebut dipastikan akan merosot.

Kaum marhaen di Jakarta kini diberikan pilihan, apakah tetap memilih Ahok atau menggantinya dengan calon Gubernur yang lebih “dekat” dengan masyarakat kecil. Sejumlah calon pun kini sudah mulai bermunculan, yang seperti biasanya selalu mengklaim akan menyejahterakan rakyat terutama mereka berkantong tipis. 

Jika kembali memilih Ahok, maka siap-siap saja digusur dan dipindahkan ke Rusun yang telah disediakan. Apabila kembali mencoblos Ahok, sama saja membiarkan PNS terus mengabdi walau karena terpaksa. Jika Ahok kembali terpilih, pelayanan kesehatan maupun pendidikan bagi mayoritas rakyat Jakarta akan diprioritaskan.

Bagaimana bila tidak memilih Ahok? Jawabannya masih belum bisa ditebak. Tetapi kemungkinannya hanya ada dua. Meniru gaya Ahok atau memperkenalkan gaya baru yang mungkin saja lebih “kejam” dari Ahok ataupun lebih “lembut”. Kedua kemungkinan itu harus dipahami masyarakat pemilih Jakarta, sebelum memutuskan pilihannya di bilik suara pada 2017 nanti.

Fakta Marhaen Terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Cara Ahok Merebut Hati Warga Jakarta"

Post a Comment