GUDANG BERITA KAUM MARHAEN

Pilu, Mbah Kamiyem Sudah 18 Tahun Tinggal di Gubug Reot

Anggota polisi,Bripka Supriyanto bersama istri dan rekannya memberikan bantuan kepada Mbah Kamiyem di Dusun Plalar, Umbulrejo, Ponjong, Selasa(26/4/2016).
Seiring majunya bidang pariwisata di Gunung Kidul, ternyata masih menyisakan pekerjaan rumah besar bagi pemangku kekuasaan kabupaten terluas se-Daerah Istimewa Yogyakarta ini. Di sudut-sudut daerah masih ditemukan potret kemiskinan warga kabupaten yang mengangkat slogan Gunung Kidul Handayani.

Wajah kemiskinan di Gunungkidul ini bisa tergambar dari kehidupan yang dialami oleh Mbah Kamiyem (78), warga Dusun Plalar, Desa Umbulrejo, Ponjong. Nenek yang hidup sebatang kara ini tinggal di gubug reyot di atas tanah milik warga.

Kondisi rumah yang sudah ditinggali selama 18 tahun ini pun jauh dari kata layak, berupa gubug reot berukuran 2x3 meter. Dindingnya terbuat dari bambu dan gedek (anyaman bambu) yang sudah berlubang di sana sini. Lantainya pun hanya berupa tanah serta tidak memiliki listrik untuk penerangan di malam hari.

Dalam gubug pun hanya ada dua tempat tidur yang terbuat dari bambu serta kasur lantai pemberian orang. Tidak ada perkakas yang lengkap, hanya ada tungku yang berdekatan dengan tempat tidur. Sementara untuk memasak, Kamiyem mendapatkan bantuan dari donatur berupa wajan dan ketel.
Di dalam rumahnya tersebut, Kamiyem sudah 18 tahun menahan dinginnya angin malam serta air hujan yang menetes karena banyak genting yang berlubang. Bahkan kadang saat hujan deras, dia terpaksa harus tidur sambil duduk karena tempat tidurnya basah terkena air hujan.

Beruntung, beberapa waktu yang lalu, warga yang prihatin dengan kondisi Kamiyem secara bergotong royong memperbaiki gubug reotnya. “Kulo mpun 18 tahun tinggal ten mriki. Kulo waune kerjo ten Kalimantan, terus wangsul malih ten mriki. (Saya sudah 18 tahun tinggal di gubug ini. Saya dulunya kerja di Kalimantan, terus saya pulang dan tinggal di sini),” katanya saat ditemui di rumahnya, Selasa (26/4/2016).

Kamiyem mengaku, sebelum tinggal di rumah reot ini, ia bekerja sebagai buruh tani di Kalimantan. Setelah hampir 15 tahun merantau, akhirnya kembali ke tanah kelahiran. Namun karena kedua orangtuanya sudah meninggal, dirinya tidak lagi memiliki rumah.

Warga yang kasihan dengan nasib yang dialami Kamiyem, akhirnya membangunkan gubug di tanah milik warga. Sementara untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Kamiyen selama belasan tahun bekerja sebagai buruh serabutan.

Kadang diminta oleh warga untuk membantu menyiangi rumput atau mencangkul. Hasil dari kerja serabutan itu kemudian dia belikan kebutuhan sehari-hari. Karena kondisi yang sudah cukup tua dan mata yang mulai rabun, saat ini Kamiyem mulai mengurangi aktifitas membantu warga berkebun. Untuk bertahan hidup, dia sering mendapatkan bantuan dari warga lainnya.

Bahkan kadang saat tidak memiliki uang sama sekali, Kamiyem mengaku mengkonsumsi thiwul serta sayuran yang dipetiknya dari sekitar rumahnya. “Biasane angsal bantuan saking warga, kolo wingi diparingi daging sapi (biasanya saya dapat bantuan dari warga. Kemarin bahkan ada yang memberi lauk daging sapi),” jelasnya.

Ketua RT 04 Dusun Plalar, Wuryanto menambahkan kalau warganya tersebut tidak masuk dalam program jaminan kesehatan. “Kalau raskin dia dapat, tapi tidak masuk Jamkesmas,” imbuhnya.

Kisah pilu yang dialami oleh Kamiyem ini akhirnya mulai menjadi viral di sejumlah media sosial setelah ada warga yang memposting potret kehidupannya. Akhirnya, beberapa pihak datang untuk membantu Mbah Kamiyem.

Salah satunya anggota polisi Polsek Playen, Bripka Supriyanto. Pengusaha oleh-oleh ini akhirnya bersama rekan-rekan pengusaha di Gunungkidul datang membantu Mbah Kamiyem. Supriyanto datang untuk memberikan bantuan material untuk membangun rumah. “Kami prihatin dengan kondisi Mbah Kamiyem. Makanya saya mengajak teman-teman pengusaha untuk memberi bantuan. Rencananya, kami akan membangunkan rumah baru untuk Mbah Kamiyem,” katanya.

Selain membantu membangunkan rumah, Supriyanto mengaku pihaknya juga akan memberikan bantuan kebutuhan sehari-hari serta asuransi kesehatan untuk Mbah Kamiyem. “Nanti kami akan mengusahakan asuransi juga karena Mbah Kamiyem ini belum masuk jaminan kesehatan,” imbuhnya. Sumber: TribunJogja.Com

Fakta Marhaen Terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Pilu, Mbah Kamiyem Sudah 18 Tahun Tinggal di Gubug Reot"

Post a Comment