GUDANG BERITA KAUM MARHAEN

Ahok dalam Kepungan Media Massa

Jika ingin meraih kekuasaan maka syarat pertamanya adalah merangkul media massa terlebih dahulu. Barang siapa yang ingin melanggengkan kekuasaannya, rangkullah media massa.

Sobat marhaen, pengantar di atas sudah teramat sering dipraktekkan para penguasa. Terutama di era informasi belakangan ini. Lihatlah, pejabat yang tidak bersahabat dengan pers, biasanya akan terganggu kinerjanya. Bukan berarti mendewakan keberadaan pers, yang belakangan juga banyak abal-abal, tetapi faktanya memang demikian. Bahwa pers punya senjata bermata dua. Bisa mengangkat sekaligus mampu menjatuhkan.

Salah satu contoh paling segar adalah pencalonan Ahok sebagai gubernur DKI. Ahok di satu sisi seperti malaikat yang membawa perubahan bagi Jakarta, tetapi di sisi yang lain justru membawa kesengsaraan bagi kaum miskin kota. Kedua gambaran itu diciptakan sekaligus oleh media massa, baik cetak maupun online. Kekuatan media sebagai pembentuk dan pengawal opini publik, dipaksa berhadap-hadapan.

Pers, dalam teorinya harus netral dan independen. Tetapi yang terjadi saat ini mungkin tidak lagi. Sebab rasanya hanya Yang Maha Kuasa yang mampu berbuat netral dan independen. Pers tidak mungkin netral walau dimungkinkan untuk tetap independen.

Hasilnya, Ahok dalam persentase dukungan media massa mengantongi keunggulan tipis. Sejumlah media massa terutama mainstream alias yang paling terkenal, ramai-ramai mendukung Ahok dengan menyajikan berita-berita positif tentang Ahok. Penyajian berita oleh media massa mainstream lain dalam versi berbeda tentang Ahok juga tak kalah banyak. Ruang publik mendadak riuh dan mengaburkan mana fakta dan mana opini.

Mari kita amati pemberitaan di situs detik.com dan kompas.com tentang Ahok. Kedua situs online terbesar di Tanah Air ini cenderung mendukung Ahok, walaupun masih tergolong rapi membungkus dukungannya itu. Kedua portal berita ini rajin menurunkan berita positif tentang Ahok. Agar tak terlalu mencolok, berita negatif tentang Ahok sesekali juga ditayangkan.

Beda lagi dengan portal viva.co.id dan republika.co.id yang juga rajin menyuguhkan berita negatif tentang Ahok. Sekali lagi, berita negatif bukan berita hitam. Berita yang ditayangkan adalah berita yang punya sumber akurat.

Selain media mainstream, kehadiran media sosial seperti facebook dan twitter juga tak bisa dianggap remeh. Warga Jakarta dan kota besar lainnya sudah teramat ahli dalam perkara media sosial. Di dunia maya ini, kekuatan pendukung dan anti Ahok juga cukup berimbang. Ada pentolan masing-masing kubu yang siap bertarung siang-malam di dunia maya.

Kesimpulannya, Ahok saat ini berada di tengah kepungan media massa. Jika ia mampu merangkul media, hampir dipastikan ia akan kembali melenggang ke Balai Kota. Sebaliknya, silakan disimpulkan sendiri.

Sudah dulu ya bahas politiknya, itu karena blog ini masih netral dan independen. Belum ada istilah titip-menitip, atau sejenisnya. Hehehe…



Fakta Marhaen Terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Ahok dalam Kepungan Media Massa"

Post a Comment